DAFTAR ISI :
1) Mengenal Arjuna
2) Orang Tua Arjuna
3) Saudara Arjuna
4) Guru Arjuna
5) Mertua Arjuna
6) Istri Arjuna
7) Anak Arjuna
8) Besan Arjuna
9) Menantu Arjuna
10) Keturunan Arjuna
11) Jalur Keturunan
12) Kisah Hidup Arjuna
MENGENAL ARJUNA.
Arjuna Muda Arjuna SatriaArjuna Dewasa Arjuna Menyamar Pendeta
Arjuna Bertapa Arjuna Barata Yuda
ORANG TUA ARJUNA
Raja Pandu, Hastinapura (Ayah) Ratu Kunti (Ibu)Dewa Indra, Raja Dewa, Hujan, Petir dan Surga (Penitisan)
SAUDARA ARJUNA
1) Raja Karna, Kerajaan Angga (Dewa Surya-Ratu Kunti)
2) Raja Yudistira, Kerajaan Indraprasta (Raja Pandu-Ratu Kunti) = Dewa Yama, Darma,Hukum Kematian
3) Bima (Raja Pandu-Ratu Kunti) = Dewa Bayu, Angin.
4) Nakula (Raja Pandu-Ratu Madrim) = Dewa Aswin, Pengobatan dan Pengetahuan
5) Sadewa (Raja Pandu-Ratu Madrim) = Dewa Aswi, Pengobatan dan Pengetahuan
Raja Karna (Kakak) Raja Yudistira (Kakak)
Bima (Kakak)
GURU ARJUNA.
Resi Kripa Detya Dananjaya
Gandarwa Wiramaya Dewa Baruna
Resi Keswasidi (Penyamaran Kresna) Dewa Siwa / Batara Guru / Hyang Manik Maya
Dewi Durga Semar / Batara Ismaya
MERTUA ARJUNA.
MERTUA ARJUNA.
1) Dewa Indra Ayah dari Dewi Supraba Istri Arjuna
2) Resi Wilwuk Ayah dari Dewi Jimambang Istri Arjuna
3) WasuDewa Paman Arjuna Kakak dari Ibu Kunti, Ayah Putri Subadra Istri Arjuna
4) Dewa Brahma Ayah dari Dewi Dresanala Istri Arjuna
5) Raja Drupada Kerajaan Pancala, Ayah dari Putri Drupadi dan Putri Srikandi Istri Arjuna
6) Raja Baladewa Kerajaan Mandura Anak Paman Arjuna Wasudewa, Ayah dari Putri Larasati
7) Raja Rukma Kerajaan Kumbina, Ayah dari Putri Srimendang Istri Arjuna
Dewa Brahma (Dewi Dresanala) Raja Drupada (Putri Drupadi & Putri Srikandi)
Raja Baladewa (Putri Larasati) Raja Rukma (Putri Srimendang)
ISTRI ARJUNA.
Dewi Dresanala (Istri ke7) Putri Drupadi (Istri Pertama)
Putri Jimambang (Istri Ke5) Dewi JuwitaNingrat (Istri ke12)
Putri Larasati (Istri Ke3) Putri Maeswara (Istri ke13)
Putri Manuhara (Istri ke9) Putri Ratri (Istri ke6)
Putri Srikandi (Istri ke16) Putri Srikandi Barata yuda
Putri Subadra (Istri ke2) Dewi Supraba (Istri ke10)
Putri Wilutama (Istri ke8) Putri Srimendang (Istri ke19)
ANAK ARJUNA.
Srutasena (Drupadi) Abimanyu Muda (Subadra) Abimanyu dewasa (Subadra) Abimanyu Bertapa (Subadra)
Irawan Muda (Ulupi) Irawan Dewasa (Ulupi)
Antakadewa (Antakawulan) Wisanggeni (Dresanala)
KumalaDewa (Jimambang) Brantalaras (Larasati)
Kumalasakti (Jimambang) Pregiwa (Manuhara)
Prigiwati (Manuhara) Prabakusuma (Supraba)
Sumbada (JuwitaNingrat) Sumitra (Larasati)
Wijanarka (Ratri) Wilugangga (Wilutama)
BESAN ARJUNA
1) Yudistira kakak Arjuna, Ayah dari Pratiwindya
2) Bima kakak Arjuna, Ayah Gatot Kaca
3) Raja Kresna Putra Basudewa Paman Arjuna, ayah Putri Sundari I
4) Raja Mustikadarma Kerajaan Sonyapura, Ayah Putri Mustikawati
5) Raja Wirata Kerajaan Matsah, Ayah Putri Utari
6) Raja Niwatakawaca Kerajaan Manikmantaka, Ayah Dewi Mustakaweni
Raja Wirata (Putri Utari) Raja Kresna (Putri Sundari)
Raja Niwatakawaca (Dewi Mustakaweni) Raja Yudistira (Pratiwindya)
Bima (Gatot Kaca)
MENANTU ARJUNA
1) Pratiwindya Suami Pregiwati Putri Arjuna
2) Gatot Kaca Suami Pregiwa Putri Arjuna
3) Putri Sundari Istri Abimanyu Putra Arjuna
4) Putri Mustikawati Istri Wisanggeni Putra Arjuna
5) Putri Utari istri Abimanyu Putra Arjuna
6) Dewi Mustakaweni Istri Prabakusuma Putra Arjuna
Pratiwindya (Pregiwati) GatotKaca (Pregiwa)
Sundari (Abimanyu) Utari (Abimanyu)
Mustakaweni (Prabakusuma)
PariKesit Muda (Abimanyu) Raja Parikesit (Abimanyu)
Ramaprawa (Parikesit)
JALUR KETURUNAN
Arjuna (Sanskerta;
Arjuna) adalah nama seorang tokoh protagonis
dalam wiracarita
Mahabharata.
Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya
dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata,
raja di Hastinapura
dengan Dewi
Kunti atau Dewi Prita, yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa
di Mandura.
Arjuna merupakan teman dekat Kresna, yaitu awatara
(penjelmaan) Bhatara
Wisnu yang turun ke dunia demi menyelamatkan dunia dari kejahatan.
Arjuna juga merupakan salah orang yang sempat menyaksikan "wujud
semesta" Kresna menjelang Bharatayuddha
berlangsung. Ia juga menerima Bhagawadgita
atau "Nyanyian Orang Suci", yaitu wejangan suci yang disampaikan oleh
Kresna
kepadanya sesaat sebelum Bharatayuddha berlangsung
karena Arjuna masih segan untuk menunaikan kewajibannya.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, secara harfiah
kata Arjuna berarti "bersinar terang", "putih" ,
"bersih". Dilihat dari maknanya, kata Arjuna bisa berarti
"jujur di dalam wajah dan pikiran".
Arjuna mendapat julukan "Kuruśreṣṭha"
yang berarti "keturunan dinasti Kuru yang terbaik". Ia merupakan
manusia pilihan yang mendapat kesempatan untuk mendapat wejangan suci yang
sangat mulia dari Kresna,
yang terkenal sebagai Bhagawadgita (nyanyian Tuhan).
Ia memiliki sepuluh nama: Arjuna, Phālguna, Jishnu, Kirti, Shwetawāhana,
Wibhatsu, Wijaya, Pārtha, Sawyashachi (juga disamakan dengan Sabyasachi), dan
Dhananjaya. Ketika ia ditanya tentang sepuluh namanya sebagai bukti identitas,
maka ia menjawab:
“
|
Sepuluh
namaku adalah: Arjuna, Phālguna, Jishnu, Kirti, Shwetawāhana, Wibhatsu,
Wijaya, Pārtha, Sawyashachi dan Dhananjaya. Aku dipanggil Dhananjaya
ketika aku menaklukkan seluruh raja pada saat Yadnya
Rajasuya
dan mengumpulkan harta mereka. Aku selalu bertarung sampai akhir dan aku
selalu menang, itulah sebabnya aku dipanggil Wijaya. Kuda yang
diberikan Dewa Agni
kepadaku berwarna putih,
itulah sebabnya aku dipanggil Shwetawāhana. Ayahku Indra
memberiku mahkota indah ketika aku bersamanya, itulah sebabnya aku dipanggil Kriti.
Aku tidak pernah bertarung dengan curang dalam pertempuran, itulah sebabnya
aku dipanggil Wibhatsu. Aku tidak pernah menakuti musuhku dengan keji,
aku bisa menggunakan kedua tanganku ketika menembakkan anah panah, itulah
sebabnya aku disebut Sawyashachī. Raut wajahku unik bagaikan pohon
Arjun, dan namaku adalah "yang tak pernah lapuk", itulah sebabnya
aku dipanggil Arjuna. Aku lahir di lereng gunung Himawan, di sebuah tempat
yang disebut Satsringa pada hari ketika bintang Uttarā Phālgunī berada di
atas, itulah sebabnya aku disebut Phālguna. Aku disebut Jishnu
karena aku menjadi hebat ketika marah. Ibuku bernama Prithā, sehingga aku
disebut juga Pārtha. Aku bersumpah bahwa aku akan menghancurkan setiap
orang yang melukai kakakku Yudistira dan menaburkan
darahnya di bumi. Aku tak bisa ditaklukkan oleh siapa pun.
|
Julukan
Dalam wiracarita Mahabharata versi nusantara, Arjuna banyak memiliki nama
dan nama julukan, antara lain: Parta
(pahlawan perang), Janaka (memiliki
banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya,
Kumbaljali, Ciptaning Mintaraga (pendeta
suci), Pandusiwi, Indratanaya
(putra Batara Indra), Jahnawi (gesit trengginas),
Palguna, Indrasuta, Danasmara
(perayu ulung) dan Margana (suka
menolong). "Begawan Mintaraga" adalah nama yang digunakan oleh Arjuna
saat menjalani laku tapa di puncak Indrakila dalam rangka memperoleh senjata
sakti dari dewata, yang akan digunakan dalam perang yang tak terhindarkan
melawan musuh-musuhnya, yaitu keluarga Korawa.
Arti nama-nama Arjuna dalam pewayangan antara lain Panduputra, karena ia anak Pandu: Kuntadi, karena ia memiliki senjata panah sakti; Palguna, karena ia pandai mengukur kekuatan lawan, Dananjaya, karena ia tidak mementingkan harta benda, Kariti, karena ia pernah diwisuda menjadi raja
Tenjamaya, yaitu kahyangan para bidadari; Margana,
karena ia dapat terbang walaupun tanpa sayap; Parta
karena ia seorang yang berbudi luhur dan sentosa; Parantapa
karena ia amat tekun bertapa; Kuruprawira dan
Kurusatama karena ia adalah pahlawan Baratayuda yang dilangsungkan di
Medan Kurusetra, Mahabahu karena walaupun
tubuhnya tidak besar tetapi memiliki kekuatan yang dahsyat; nama Danasmara karena ia tak pernah menolak cinta wanita
mana pun.
Nama lain
Dalam pewayangan Arjuna mempunyai banyak nama, antara lain: Permadi, Pamade, Janaka, Palguna, Anaga, Panduputra, Barata,
Baratasatama, Danasmara, Dananjaya, Gudakesa, Ciptaning, Kritin, Kaliti,
Kariti, Kumbawali, Kumbang Ali-ali, Kuntiputra, Kuruprawira, Kurusatama,
Kurusreta, Mahabahu, Margana, Parantapa, dan Parta.
Nama lain Arjuna di bawah ini merupakan nama lain Arjuna yang sering muncul
dalam kitab-kitab Mahabharata atau Bhagawad
Gita yang merupakan bagian daripadanya, dalam versi bahasa
Sanskerta. Nama-nama lain di bawah ini memiliki makna yang sangat
dalam, mengandung pujian, dan untuk menyatakan rasa kekeluargaan (nama-nama
yang dicetak tebal dan miring merupakan sepuluh nama Arjuna).
- Anagha (Anaga, yang tak berdosa)
- Bhārata (Barata, keturunan Bhārata)
- Bhārataśreṣṭha (Barata-sresta, keturunan Bhārata yang terbaik)
- Bhāratasattama (Bharata-satama, keturunan Bhārata yang utama)
- Bhārataśabhā (Barata-saba, keturunan Bharata yang mulia)
- Dhanañjaya (perebut kekayaan)*
- Gandīvi (Gandiwi, pemilik Gandiwa, senjata panahnya)
- Gudakeśa (penakluk rasa kantuk, yang berambut halus)
- Jishnu (hebat ketika marah)*
- Kapidhwaja (yang memakai panji berlambang monyet)
- Kaunteya / Kuntīputra (putra Dewi Kunti)
- Kīrti (yang bermahkota indah)*
- Kurunandana (putra kesayangan dinasti Kuru)
- Kurupravīra (Kuru-prawira, perwira Kuru, ksatria dinasti Kuru yang terbaik)
- Kurusattama (Kuru-satama, keturunan dinasti Kuru yang utama)
- Kuruśṛṣṭha (Kuru-sresta, keturunan dinasti Kuru yang terbaik)
- Mahābāhu (Maha-bahu, yang berlengan perkasa)
- Pāṇḍava (Pandawa, putra Pandu)
- Parantapa (penakluk musuh)*
- Pārtha (keturunan Partha atau Dewi Kunti)*
- Phālguna (yang lahir saat bintang Uttara Phalguna muncul)*
- Puruṣaṛṣabhā (Purusa-rsaba, manusia terbaik)
- Sawyaśachī (Sawya-saci, yang mampu memanah dengan tangan kanan maupun kiri)*
- Śwetawāhana (Sweta-wahana, yang memiliki kuda berwarna putih)*
- Wibhatsu (yang bertarung dengan jujur)*
- Wijaya (yang selalu memenangkan setiap pertempuran)*
Kelahiran
Dalam Mahabharata diceritakan
bahwa Raja Hastinapura yang bernama Pandu tidak
bisa melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi. Kunti (istri
pertamanya) menerima anugerah dari Resi Durwasa agar mampu memanggil
Dewa-Dewa sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anak dari Dewa
tersebut. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut kemudian memanggil
Dewa Yama
(Dharmaraja; Yamadipati), Dewa Bayu (Angin), dan Dewa Indra
(Sakra) yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga,
lahir dari Indra, pemimpin para Dewa.
Sifat dan kepribadian
Arjuna memiliki karakter yang mulia, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan
terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan
sehingga diberi julukan "Dananjaya". Musuh seperti apapun pasti akan
ditaklukkannya, sehingga ia juga diberi julukan "Parantapa", yang
berarti penakluk musuh. Di antara semua keturunan Kuru
di dalam silsilah Dinasti Kuru,
ia dijuluki "Kurunandana", yang artinya putra kesayangan Kuru. Ia
juga memiliki nama lain "Kuruprāwira", yang berarti "kesatria Dinasti
Kuru yang terbaik", sedangkan arti harfiahnya adalah
"Perwira Kuru".
Di antara para Pandawa,
Arjuna merupakan kesatria pertapa yang paling teguh. Pertapaannya sangat kusuk.
Ketika ia mengheningkan cipta, menyatukan dan memusatkan pikirannya kepada
Tuhan, segala gangguan dan godaan duniawi tak akan bisa menggoyahkan hati dan
pikirannya. Maka dari itu, Sri Kresna sangat kagum padanya, karena ia merupakan
kawan yang sangat dicintai Kresna sekaligus pemuja Tuhan yang
sangat tulus. Sri Kresna
pernah berkata padanya, "Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbaktilah
kepada-Ku, dan serahkanlah dirimu pada-Ku, maka kau akan datang kepada-Ku. Aku
berkata demikian, karena kaulah kawan-Ku yang sangat Kucintai".[
Masa muda dan pendidikan
Arjuna didik bersama dengan saudara-saudaranya yang
lain (para Pandawa
dan Korawa)
oleh Bagawan
Drona. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak semenjak kecil.
Pada usia muda ia sudah mendapat gelar "Maharathi" atau
"kesatria terkemuka". Ketika Guru Drona meletakkan burung kayu pada pohon, ia menyuruh muridnya
satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian ia menanyakan kepada
muridnya apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak muridnya yang menjawab bahwa
mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan
burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk
membidik, Guru Drona menanyakan apa yang ia lihat. Arjuna menjawab bahwa ia
hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat
Guru Drona kagum bahwa Arjuna sudah pintar.
Pada suatu hari, ketika Drona sedang mandi di sungai
Gangga, seekor buaya
datang mengigitnya. Drona dapat membebaskan dirinya dengan mudah, namun karena
ia ingin menguji keberanian murid-muridnya, maka ia berteriak meminta tolong.
Di antara murid-muridnya, hanya Arjuna yang datang memberi pertolongan. Dengan
panahnya, ia membunuh buaya yang menggigit gurunya. Atas pengabdian Arjuna,
Drona memberikan sebuah astra yang bernama
"Brahmasirsa". Drona juga mengajarkan kepada Arjuna tentang cara
memanggil dan menarik astra tersebut. Menurut Mahabharata,
Brahmasirsa hanya dapat ditujukan kepada dewa,
raksasa, setan
jahat, dan makhluk sakti yang berbuat
Pusaka
Arjuna memiliki senjata sakti yang merupakan anugerah para dewata, hasil
pertapaannya. Ia memiliki panah Pasupati yang digunakannya untuk mengalahkan Karna dalam Bharatayuddha.
Busurnya bernama Gandiwa, pemberian Dewa Baruna ketika
ia hendak membakar hutan Kandawa. Ia juga memiliki sebuah terompet kerang
(sangkala) bernama Dewadatta, yang berarti
"anugerah Dewa".
Pusaka Dan Ajian.
Arjuna
juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris
Kalanadah diberikan pada Gatotkaca saat mempersunting Dewi
Pergiwa (putri Arjuna), Panah Sangkali (dari
Resi Drona), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Sarotama, Panah Pasupati, Panah Harya Sangkali, Brahmasira/Agniyastra, Panah Merdaging, Panah Mercujiwa, Keris Kalanadhah, Busur Gendhewa, Sarotama,
Trompet Dewadata, Panah
Naracabala, Panah Ardhadhedhali, Keris Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada
Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak
Jayengkaton (pemberian Bagawan Wilawuk
dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha
dengan Cambuk Pamuk. Sedangkan
Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi,
Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin
Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja
negara Paranggelung).
Selain berkemampuan terbang, Arjuna juga banyak memiliki senjata pusaka.
Sebagian besar senjata itu pemberian para dewa, di antaranya, Pulanggeni, Pasopati, Kalanadah, Sarotama, Kalamisani. Keris
Kalanadah yang dalam pewayangan dikatakan berasal dari taring Batara Kala, kemudian dihadiahkan kepada Gatotkaca, ketika putra Bima
itu menikahi Dewi Pregiwa. Anak panah pusaka
milik Arjuna juga cukup banyak, di antaranya adalah Pasopati,
Sarutama, Ardadedali, dan Agnirastra. Cundamanik, anak panah pusaka yang
semula milik Begawan Drona yang berasal dari
pemberian Dewi Wilutama dan kemudian diwariskan
pada Aswatama, akhirnya juga menjadi milik
Arjuna, sebagai barang sitaan, seusai Baratayuda. Selain itu, anak panah Sengkali adalah hadiah Begawan Drona bagi
Arjuna.
Selanjutnya Arjuna mendaki Gunung
Himalaya. la berharap dapat bertemu dengan para dewata untuk memperoleh
senjata sakti untuk melawan para Kurawa kelak bila masa pengasingannya telah
usai. Di Gunung Himalaya ia menyerang Kirata (Kerata),
orang gunung. Tatkala ia sadar siapa sebenarnya yang dihadapi, Arjuna menyembah
Kirata, jelmaan Batara Siwa, dan mengakui
kekhilafannya. Dari dewa ini Arjuna memperoleh senjata bernama Pasupata atau Pasopati, senjata yang ampuh. Mengetahui
hal ini, Batara Indra, Batara Baruna (Waruna), Batara
Yama dan Batara Kuwera berdatangan dan menghadiahkan berbagai senjata
pusaka. Batara Indra kemudian mengajak Arjuna masuk ke dalam kereta gaib dan
membawanya ke sorga, ke ibukota negeri Batara Indra, Amarawati.
Di tempat ini Arjuna menghabiskan waktunya beberapa tahun untuk mempelajari
ilmu perang, termasuk ilmu perang melawan raksasa, makhluk halus di lautan dan Wanamarta penguasa Gandarwa.
Batara Indra puas akan kemahiran Arjuna, lalu menghadiahkan sebuah mahkota bertakhtakan emas berlian dan berbagai pusaka
sakti.
Beberapa Ajian atau Ilmu yang dimiliki oleh Arjuna:
- Panglimunan atau Kemayan, untuk membuat dirinya tidak terlihat atau menghilang.
- Sepiangin, dapat berjalan tanpa membuat jejak.Bisa berjalan tampa memyentu tanah & berpinda tempat bagaikan Angin
- Tunggengmaya, dapat menciptakan sumber air.
- Mayabumi, dapat memperbesar wibawa sehingga musuhnya takut sebelum berperang.
- Mundri atau Maundri, dapat menambah berat tubuhnya, sehingga musuh tak kuat mengangkatnya.
- Pengasihan, membuatnya dikasihi sesama makhluk.
- Asmaracipta, menambah kemampuan olah pikir.
- Asmaratantra, menambah kekuatan dalam peperangan.
- Asmarasedya, menambah keteguhan hati menghadapi peperangan.
- Asmaraturida, menambah kekuatan dalam berolah rasa.
- Asmaragama, menambah kemampuan berolah asmara.
- Anima, dapat membuat tubuh Arjuna mengecil sehingga tidak terlihat oleh mata.
- Lahima, dapat membuat tubuh Arjuna menjadi ringan, sehingga ia dapat melayang.
- Prapki, dapat membuat sampai kie tempat tujuan yang dinginkannya.
- Matima, dapat megubah ujud dirinya.
- Kamawasita, membuat Arjuna menjadi perkasa dalam berolah asmara.
Istri dan keturunan
Dalam Mahabharata
versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai 17 orang istri dan 15 orang anak.
Adapun istri dan anak-anaknya adalah:
- Putri Drupadi berputra Srutasena
- Putri Subadra, berputra Abimanyu;
- Putri Larasati, berputra Sumitra dan Bratalaras;
- Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Irawan;
- Putri Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti;
- Putri Ratri, berputra Wijanarka;
- Dewi Dresanala, berputra Wisanggeni;
- Putri Wilutama, berputra Wilugangga;
- Putri Manuhara, berputri Pregiwa dan Pregiwati
- Dewi Supraba, berputra Prabakusuma;
- Putri Antakawulan, berputra Antakadewa;
- Putri Juwitaningrat, berputra Sumbada;
- Putri Maheswara, berputra Babruwahana,
- Putri Retno;
- Putri Dyah Sarimaya;
- Putri Srikandi.
- Putri Gandawati
- Putri Puspawati
- Putri Srimedang, berputra Srigati
- Putri Manikarya
- Putri Suyakti
- Putri Partawati.
Istri Arjuna banyak ada yang mengatakan. 41 orang jumlahnya.
Nama para istri Arjuna yang cukup terkenal antara lain adalah Subadra, Srikandi, Larasati, Ulupi (Palupi), Lestari,
Manoara, Ratri, Gandawati, Banowati, Manikhara, Citrahoyi, Wilutama, Supraba,
dan Dresanala. Tiga nama yang disebut terakhir adalah bidadari, nama istri Arjuna lainnya adalah Puspawati, Srimedang, Manikarya, Suyakti, dan Partawati.
Karena begitu banyak istri Arjuna, sampai-sampai istrinya sebanyak satu juta
kurang satu. Jadi ada 999.999 orang.
Walaupun sudah demikian banyak istrinya, karena Kejantanan dan sikapnya yang lemah lembut, Arjuna tetap saja dicintai banyak wanita. Antara lain oleh iparnya sendiri, yaitu Dewi Banowati, istri Duryudana atau Suyudana. Bahkan ketika Banowati menikah dengan penguasa Kerajaan Astina itu, putri cantik itu minta agar Arjunalah yang memandikan dan meriasnya. Dewi Banowati baru terlaksana menjadi istri Arjuna setelah menjadi janda, seusai Baratayuda.
Dalam kehidupan perkawinan Arjuna, yang dianggap sebagai istri utama atau 'permaisuri' adalah Dewi Subadra, adik Prabu Kresna. Tetapi perkawinan mereka tidak berjalan gampang karena sebenarnya ditentang oleh Prabu Baladewa. Raja Mandura ini ingin agar Dewi Subadra dinikahkan dengan Burisrawa, putra Prabu Somadata Kisah perkawinan Arjuna dengan Dewi Subadra di pewayangan, agak jauh berbeda dengan yang diceritakan di Kitab Mahabarata. Menurut Kitab Mahabarata, Subadra bisa menjadi istrinya, setelah Arjuna menculik dan melarikannya pada suatu pesta. Peristiwa penculikan Subadra ini membuat Baladewa amat marah dan hendak menghukum ksatria Pandawa itu, namun Kresna mencegahnya. Setelah kemarahan Baladewa reda, Kresna justru mengundang Arjuna ke Dwaraka (Dwarawati) untuk merayakan pernikahan mereka secara pantas, sesuai dengan kedudukan Subadra selaku putri raja Mandura.
Walaupun sudah demikian banyak istrinya, karena Kejantanan dan sikapnya yang lemah lembut, Arjuna tetap saja dicintai banyak wanita. Antara lain oleh iparnya sendiri, yaitu Dewi Banowati, istri Duryudana atau Suyudana. Bahkan ketika Banowati menikah dengan penguasa Kerajaan Astina itu, putri cantik itu minta agar Arjunalah yang memandikan dan meriasnya. Dewi Banowati baru terlaksana menjadi istri Arjuna setelah menjadi janda, seusai Baratayuda.
Dalam kehidupan perkawinan Arjuna, yang dianggap sebagai istri utama atau 'permaisuri' adalah Dewi Subadra, adik Prabu Kresna. Tetapi perkawinan mereka tidak berjalan gampang karena sebenarnya ditentang oleh Prabu Baladewa. Raja Mandura ini ingin agar Dewi Subadra dinikahkan dengan Burisrawa, putra Prabu Somadata Kisah perkawinan Arjuna dengan Dewi Subadra di pewayangan, agak jauh berbeda dengan yang diceritakan di Kitab Mahabarata. Menurut Kitab Mahabarata, Subadra bisa menjadi istrinya, setelah Arjuna menculik dan melarikannya pada suatu pesta. Peristiwa penculikan Subadra ini membuat Baladewa amat marah dan hendak menghukum ksatria Pandawa itu, namun Kresna mencegahnya. Setelah kemarahan Baladewa reda, Kresna justru mengundang Arjuna ke Dwaraka (Dwarawati) untuk merayakan pernikahan mereka secara pantas, sesuai dengan kedudukan Subadra selaku putri raja Mandura.
Selain itu, dalam Mahabarata diceritakan pengembaraan Arjuna
mencari ilmu juga sampai ke negeri Naga. Di
sana ia bertemu dengan putri bangsawan suku Naga bernama Ulupi (di pewayangan disebut Dewi
Palupi dan tinggal di Pertapaan Yasarata),
dan menikahinya. Mereka berputra Irawat. Ketika
di Kerajaan Manipura, Arjuna kawin dengan putri
mahkota bernama Maheswara. Sebelum meninggalkan
negeri Manipura, Maheswara melahirkan seorang
putra bernama Babruwahana.
Karena istrinya banyak, anak
ketiga dari Pandu Dewanata itu juga banyak anaknya, kebanyakan laki-laki. Anak
Arjuna yang terkenal antara lain adalah Abimanyu,
Irawan, Sumitra, Wisanggeni, Bratalaras, Wilugangga, Priyambada, Wijanarka, dan
Caranggana. Sedangkan anak perempuannya, antara lain Dewi Pregiwa dan Pregiwati. Semua anak laki-lakinya
gugur dalam Baratayuda, tidak seorang pun yang hidup. Demikian pula salah
seorang istrinya, Srikandi. Prajurit wanita
yang berjasa karena mengalahkan Resi Bisma itu
tewas dibunuh Aswatama pada saat tidur.
Waktu itu Dewi Jimambang, putri Begawan Wilwuk,
seorang pertapa dari wilayah Kerajaan Pringgadani jatuh cinta kepadanya, dan mereka
pun kawin. Dewi Jimambang inilah yang sebenarnya merupakan istri pertama
Arjuna. Dari mertuanya Arjuna mendapat minyak pusaka
Jayengkaton yang menyebabkannya sanggup melihat segala jenis makhluk
halus. Karena minyak sakti itu pula Arjuna dan saudara-saudaranya dapat
mengalahkan semua siluman Detya penghuni hutan
angker itu. Dengan begitu pekerjaan membabat Hutan Wanamarta bisa dirampungkan
dan Kerajaan Amarta dapat dibangun.
Arjuna mendapatkan Dropadi
Pada suatu ketika, Raja Drupada dari Kerajaan
Panchala mengadakan sayembara untuk mendapatkan Dropadi,
puterinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya
terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Kesatria
yang berhaisl memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam,
berhak mendapatkan Dropadi.
Berbagai kesatria mencoba melakukannya, namun tidak berhasil. Ketika Karna yang
hadir pada saat itu ikut mencoba, ia berhasil memanah ikan tersebut dengan
baik. Namun ia ditolak oleh Dropadi dengan alasan Karna lahir di kasta
rendah. Arjuna bersama saudaranya yang lain menyamar sebagai Brahmana,
turut serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat
sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak
mendapatkan Dropadi.
Ketika para Pandawa
pulang membawa Dropadi, mereka berkata, "Ibu, engkau pasti tidak akan
percaya dengan apa yang kami bawa!". Kunti (Ibu
para Pandawa) yang sedang sibuk, menjawab "Bagi dengan rata apa yang sudah
kalian peroleh". Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kunti, maka para
Pandawa bersepakat untuk membagi Dropadi sebagai istri mereka. Mereka juga
berjanji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar
bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu
adalah pembuangan selama 1 tahun.
Perjalanan menjelajahi Bharatawarsha
Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di Indraprastha,
seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh
para raksasa. Arjuna yang merasa
memiliki kewajiban untuk menolongnya, bergegas mengambil senjatanya. Namun
senjata tersebut disimpan di sebuah kamar dimana Yudistira
dan Dropadi
sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar
mengambil senjata, tidak mempedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang
bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani
pembuangan selama 1 tahun.
Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan
menjelajahi penjuru Bharatawarsha atau daratan India Kuno.
Ketika sampai di sungai Gangga, Arjuna bertemu
dengan Ulupi,
puteri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan
kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia
dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan.
Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan Himalaya.
Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di
sebuah negeri yang bernama Manipura. Raja negeri tersebut
bernama Citrasena. Beliau memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama Citrānggadā.
Arjuna jatuh cinta kepada puteri tersebut dan hendak menikahinya, namun
Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila puterinya tersebut melahirkan
seorang putra, maka anak puterinya tersebut harus menjadi penerus tahta
Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui
syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citrānggadā memiliki
seorang putra yang diberi nama
Babruwahana.
Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā
setelah beberapa bulan tinggal di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke
Hastinapura.
Setelah meninggalkan Manipura, ia meneruskan perjalanannya
menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit Bharatawarsha
di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang
pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di
pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat Dwaraka, yang
kini dikenal sebagai Gujarat. Di sana
ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk mendekati adik Kresna yang bernama
Subadra, tanpa
diketahui oleh siapa pun. Atas perhatian dari Baladewa,
Arjuna mendapat tempat peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun
rencana untuk membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh
Kresna, namun Baladewa meyakinkan bahwa peristiwa buruk tidak akan terjadi.
Arjuna tinggal selama beberapa bulan di Dwaraka, dan Subadra telah melayani
semua kebutuhannya selama itu. Ketika saat yang tepat tiba, Arjuna menyatakan
perasaan cintanya kepada Subadra. Pernyataan itu disambut oleh Subadra. Dengan
kereta yang sudah disiapkan oleh Kresna, mereka pergi ke Indraprastha untuk
melangsungkan pernikahan.
Baladewa
marah setelah mendengar kabar bahwa Subadra telah
kabur bersama Arjuna. Kresna meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri,
dan Subadra sendiri yang mengemudikan kereta menuju Indraprastha,
bukan Arjuna. Kresna juga mengingatkan Baladewa bahwa dulu ia menolak untuk
membiarkan kedua pasangan tersebut tinggal bersama, namun usulnya ditentang
oleh Baladewa. Setelah Baladewa sadar, ia membuat keputusan untuk
menyelenggarakan upacara pernikahan yang mewah bagi Arjuna dan Subadra di
Indraprastha. Ia juga mengajak kaum Yadawa untuk turut hadir di pesta
pernikahan Arjuna-Subadra. Setelah pesta pernikahan berlangsung, kaum Yadawa tinggal di
Indraprastha selama beberapa hari, lalu pulang kembali ke Dwaraka, namun
Kresna tidak turut serta.
Terbakarnya hutan Kandawa
Pada suatu ketika, Arjuna dan Kresna berkemah di tepi sungai Yamuna. Di tepi hutan
tersebut terdapat hutan lebat yang bernama Kandawa.
Di sana mereka
bertemu dengan Agni,
Dewa
Api. Agni
berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya telah musnah dilalap api, namun Dewa Indra selalu
menurunkan hujannya untuk melindungi temannya yang bernama Taksaka,
yang hidup di hutan tersebut. Maka, Agni memohon agar Kresna dan Arjuna
bersedia membantunya menghancurkan hutan Kandawa. Kresna dan Arjuna bersedia
membantu Agni, namun terlebih dahulu mereka meminta Agni agar menyediakan
senjata kuat bagi mereka untuk menghalau gangguan yang akan muncul. Kemudian
Agni memanggil Baruna,
Dewa
Lautan.
Baruna memberikan busur
suci bernama Gandiwa serta tabung berisi anak panah dengan
jumlah tak terbatas kepada Arjuna. Dengan senjata tersebut, mereka berdua
menjaga agar Agni mampu melalap hutan Kandawa sampai habis.
Arjuna dalam masa pembuangan
Setelah Yudistira
kalah bermain dadu, para Pandawa beserta Dropadi mengasingkan diri ke hutan. Kesempatan tersebut
dimanfa'atkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh kesaktian dalam
peperangan melawan para sepupunya yang jahat.
Mintaraga ialah Arjuna pada waktu bertapa
mengasingkan diri. Minta berarti memisah, raga berarti badan kasar. Jadi waktu
itu Arjuna menjernihkan pikiran, supaya bisa berpisah dengan badan kasarnya.
Kehendak Arjuna ialah supaya jaya kelak di dalam perang Baratayuda. Arjuna
memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Dalam usahanya, ia diuji oleh tujuh
bidadari
yang dipimpin oleh Supraba, namun keteguhan hati Arjuna mampu melawan berbagai
godaan yang diberikan oleh para bidadari. Para
bidadari yang kesal kembali ke kahyangan, dan melaporkan kegagalan mereka
kepada Dewa Indra. Setelah mendengarkan laporan para bidadari, Indra turun
di tempat Arjuna bertapa sambil menyamar sebagai seorang pendeta. Dia
bertanya kepada Arjuna, mengenai tujuannya melakukan tapa di gunung Indrakila.
Arjuna menjawab bahwa ia bertapa demi memperoleh kekuatan untuk mengurangi
penderitaan rakyat, serta untuk menaklukkan musuh-musuhnya, terutama para Korawa yang selalu
bersikap jahat terhadap para Pandawa. Setelah mendengar penjelasan dari Arjuna, Indra
menampakkan wujudnya yang sebenarnya. Dia memberikan anugerah kepada Arjuna
berupa senjata sakti.
Setelah mendapat anugerah dari Indra, Arjuna memperkuat tapanya ke hadapan Siwa. Siwa yang
terkesan dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan berukuran
besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar. Hal tersebut membuat
Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia melihat seekor babi hutan sedang mengganggu
tapanya, maka ia segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut.
Di saat yang bersamaan, Siwa
datang dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi
hutan yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian Sang Dewa, kedua anak panah
yang menancap di tubuh babi hutan itu menjadi satu.
Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna dan Siwa yang menyamar menjadi
pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman, namun
hanya satu anak panah saja yang menancap, bukan dua. Maka dari itu, Arjuna
berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang sebenarnya menjadi hak
Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua berkelahi. Saat Arjuna menujukan
serangannya kepada si pemburu, tiba-tiba orang itu menghilang dan berubah
menjadi Siwa. Arjuna meminta ma'af kepada Sang Dewa karena ia telah berani
melakukan tantangan. Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya ia
merasa kagum. Atas keberaniannya, Siwa memberi anugerah berupa panah sakti
bernama "Pasupati".
Setelah menerima anugerah tersebut, Arjuna dijemput
oleh para penghuni kahyangan untuk menuju kediaman Indra, raja para
dewa. Arjuna lalu diangkat menjadi raja di kayangan Tejamaya, tempat para
bidadari selama tujuh hari (satu bulan di kayangan = satu hari di dunia). Arjuna
juga boleh memilih 40 orang bidadari untuk menjadi istrinya dimana ketujuh
bidadari yang menggodanya juga termasuk dalam ke-40 bidadari tersebut dan juga Dewi Dresnala, Putri Batara
Brahma. Selain itu Arjuna juga mendapat mahkota
emas berlian dari Batara Indra, panah Ardadali dari Batara Kuwera, dan banyak
lagi. Arjuna juga diberi kesempatan untuk mengajukan suatu permintaan.
Permintaan Arjuna tersebut adalah agar Pandawa jaya dalam perang Baratayuda.
Hal ini menimbulkan kritik keras dari Semar yang merupakan pamong Arjuna yang menganggap Arjuna kurang
bijaksana. Menurut Semar, Arjuna seharusnya tidak egois dengan memikirkan diri
sendiri dan tidak memikirkan keturunan Pandawa lainnya. Dan memang benar,
kesemua Putra Pandawa yang terlibat dalam Perang Baratayuda tewas. Di sana pula Arjuna bertemu dengan bidadari Urwasi. Di saat Arjuna sedang duduk-duduk tiba-tiba datanglah Dewi Uruwasi. Dewi Uruwasi
yang telah jatuh cinta terhadap Arjuna meminta dijadikan istrinya. Arjuna
menolak secara halus, namun Dewi Uruwasi yang sudah buta karena cinta tetap
mendesak. Karena Arjuan tetap menolak, Dewi Uruwasi mengutuknya akan
menjadi banci kelak. Arjuna yang sedih dengan
kutukan tersebut dihibur Batara Indra. Menurut Batara Indra hal tersebut akan
berguna kelak dan tak perlu disesali.Setelah kembali dari Kayangan, Arjuna dan
saudara-saudaranya harus menyamar di negri Wirata. Dan disinilah kutukan Dewi
Uruwasi berguna. Arjuna lalu menjadi guru tari dan kesenian, dan menjadi banci
yang bernama Kendri Wrehatnala atau Brihanala
Kutukan itu dimanfaatkan oleh Arjuna pada saat para Pandawa menyelesaikan
hukuman pembuangan mereka dalam hutan. Sesuai dengan perjanjian yang sah,
Pandawa harus hidup dalam penyamaran selama satu tahun. Pandawa beserta Dropadi
menuju ke kerajaan Wirata.. Meskipun
demikian, Arjuna telah berhasil membentu putra mahkota kerajaan Wirata, yaitu
pangeran Utara, dengan menghalau musuh
yang hendak menyerbu kerajaan Wirata. Di akhir
penyamarannya, Arjuna kembali menjadi seorang ksatria dan mengusir para kurawa
yang ingin mnghancurkan kerajaan Wirata. Arjuna lalu akan dikawinkan dengan Dewi Utari namun Arjuna
meminta agar Dewi Utari dikawinkan dengan putranya yaitu Abimanyu.
Meletusnya perang
Setelah menjalani masa pembuangan selama 13 tahun para Pandawa
ingin memperoleh kembali kerajaannya. Namun ketika sampai di sana, hak mereka ditolak dengan tegas oleh Duryodana,
bahkan ia menantang untuk berperang. Demi kerajaannya, para Pandawa menyetujui
untuk melakukan perang.
Arjuna menerima Bhagawadgita
Kresna,
adik Baladewa,
tidak ingin terlibat langsung dalam peperangan antara Pandawa
dan Korawa,
melainkan ia memilih untuk menjadi kusir kereta Arjuna selama delapan belas
hari pertarungan di Medan Kuru atau Kurukshetra.
Dalam Mahabharata,
peran Kresna sebagai kusir bermakna "pemandu" atau "penunjuk
jalan", yaitu memandu Arjuna melewati segala kebimbangan hatinya dan
menunjukkan jalan kebenaran kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang diuraikan
Kresna kepada Arjuna disebut Bhagawadgita.
Hal itu bermula beberapa saat sebelum perang di Kurukshetra. Arjuna
melakukan inspeksi terhadap pasukannya, agar ia bisa mengetahui siapa yang
harus ia bunuh dalam pertempuran nanti. Tiba-tiba Arjuna dilanda pergolakan
batin ketika ia melihat kakeknya, guru besarnya, saudara sepupu, teman
sepermainan, ipar, dan kerabatnya yang lain berkumpul di Kurukshetra
untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Arjuna menjadi tak tega untuk
membunuh mereka semua. Dilanda oleh masalah batin, antara mana yang benar dan
mana yang salah, Arjuna bertekad untuk mengundurkan diri dari pertempuran.
Arjuna berkata:
“
|
Kresna
yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan
saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa
anggota-anggota badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering.....Kita akan
dikuasai dosa jika membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas
kalau kita membunuh para putra Drestarastra
dan kawan-kawan kita. O Kresna, suami Dewi
Laksmi, apa keuntungannya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita
berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?[2][3]
|
”
|
Melihat hal itu, Kresna
yang mengetahui dengan baik segala ajaran agama Hindu,
menguraikan ajaran-ajaran kebenaran agar semua keraguan di hati Arjuna sirna.
Kresna menjelaskan, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang sepantasnya
dilakukan Arjuna sebagai kewajibannya di medan
perang. Selain itu Kresna menunjukkan bentuk semestanya kepada Arjuna. Ajaran
kebenaran yang dijabarkan Kresna tersebut dikenal sebagai Bhagawadgita,
yang berarti "Nyanyian Tuhan". Kitab Bhagawad Gita yang sebenarnya
merupakan suatu bagian dari Bhismaparwa,
menjadi kitab tersendiri yang sangat terkenal dalam ajaran Hindu,
karena dianggap merupakan intisari dari ajaran-ajaran Weda.
Arjuna
Awatara
Menurut Empu Panuluh, dalam Kitab Hariwangsa yang merupakan lampiran dari Kitab
Mahabarata, Arjuna pun sebenarnya juga merupakan titisan
Batara Wisnu, sebagaimana halnya dengan Kresna. Menurut Empu Panuluh,
sewaktu Kresna menculik Dewi Rukmini, raja Kumbina
meminta tolong pada Pandawa agar bersedia menghadapi Kresna, merebut kembali
Dewi Rukmini. Yudistira menyanggupi permintaan tolong itu, sehinggga Pandawa
terpaksa berperang melawan Kresna. Baladewa,
raja Mandura, membela Kresna dan berperang tanding melawan Bima. Kemudian dimenagkan Baladewa. Yudistira mengalami kekalahan pula sewaktu berperang
tanding melawan Kresna. Waktu tiba giliran Arjuna berhadapan dengan Kresna,
kesaktiannya ternyata seimbang. Sama kuat dan sama sakti. Karenanya Kresna lalu
mengubah ujud dirinya menjadi Batara Wisnu. Arjuna pun tidak mau kalah, ia pun
mengubah dirinya menjadi Wisnu, sehingga terjadilah perang tanding antara dua
Batara Wisnu. Hal ini menyebabkan kahyangan ribut para dewa terpaksa turun
tangan melerainya. Sesudah dilerai para dewa, Arjuna diberi tahu bahwa menurut
ketentuan para dewa Dewi Rukmini memang merupakan jodoh Kresna, tidak dapat
diganggu gugat. Kresna, dengan Bunga Wijayakusuma
miliknya, lalu mengobati Bima, Baladewa dan Yudistira.
Intisari tulisan Empu Panuluh ini menyimpulkan bahwa sesungguhnya Arjuna pun
memiliki sifat-sifat Wisnu. Tetapi berbeda dengan Kresna, sifat Wisnu pada
Arjuna hampir tidak pernah muncul.
Arjuna dalam Bharatayuddha
Dalam pertempuran di Kurukshetra,
atau Bharatayuddha,
Arjuna bertarung dengan para kesatria hebat dari pihak Korawa, dan
tidak jarang ia membunuh mereka, termasuk panglima besar pihak Korawa yaitu Bisma. Di
awal pertempuran, Arjuna masih dibayangi oleh kasih sayang Bisma sehingga ia
masih segan untuk membunuhnya. Hal itu membuat Kresna marah
berkali-kali, dan Arjuna berjanji bahwa kelak ia akan mengakhiri nyawa Bisma.
Pada pertempuran di hari kesepuluh, Arjuna berhasil membunuh Bisma, dan usaha
tersebut dilakukan atas bantuan dari Srikandi.
Setelah Abimanyu
putra Arjuna gugur pada hari ketiga belas, Arjuna bertarung dengan Jayadrata
untuk membalas dendam atas kematian putranya. Pertarungan antara Arjuna dan Jayadrata
diakhiri menjelang senja hari, dengan bantuan dari Kresna.
Pada pertempuran di hari ketujuh belas, Arjuna terlibat dalam duel sengit
melawan Karna.
Ketika panah Karna melesat menuju kepala Arjuna, Kresna
menekan kereta Arjuna ke dalam tanah dengan kekuatan saktinya sehingga panah
Karna meleset beberapa inci dari kepala Arjuna. Saat Arjuna menyerang Karna
kembali, kereta Karna terperosok ke dalam lubang (karena sebuah kutukan). Karna
turun untuk mengangkat kembali keretanya yang terperosok. Salya, kusir
keretanya, menolak untuk membantunya. Karena mematuhi etika peperangan, Arjuna
menghentikan penyerangannya bila kereta Karna belum berhasil diangkat. Pada
saat itulah Kresna mengingatkan Arjuna atas kematian Abimanyu,
yang terbunuh dalam keadaan tanpa senjata dan tanpa kereta. Dilanda oleh
pergolakan batin, Arjuna melepaskan panahnya yang mematikan ke kepala Karna.
Senjata itu memenggal kepala Karna.
Kehidupan setelah Bharatayuddha
Setelah Perang Baratayuda berakhir, Dewi Banowati yang
memang telah lama berselingkuh dengan Arjuna kemudian diperistrinya. Sebelumnya
Arjuna telah memiliki seorang putri dari Dewi Banowati. Di saat yang sama Prabu
Duryudana yang mulai curiga dengan hubungan istrinya dan Arjuna lalu berkata
bahwa jika yang lahir bayi perempuan, itu adalah putri dari Arjuna dan Banowati
akan diusir tetapi jika itu laki-laki maka itu adalah putranya. Saat bayi
tersebut lahir ternyata adalah seorang perempuan. Banowati sangat panik akan
hal itu. Namun atas pertolongan Kresna, bayi tersebut ditukar sebelum Prabu
Duryudana melihatnya. Bayi perempuan yang lalu diasuh oleh Dewi Manuhara, istri Arjuna
yang lain kemudian di beri nama Pergiwati. Karena kelahirannya hampir sama dengan putri Dewi
Manuhara yang bernama Pergiwa, lalu keduanya di aku kembar. Sedang untuk putra dari Dewi
Banowati dan Prabu Duryudana, Prabu Kresna mengambil seorang anak gandrawa dan diberi nama Lesmana Mandrakumara.Malang
bagi Dewi Banowati, pada malam ia sedang mengasuh Parikesit, ia dibunuh oleh
Aswatama yang bersekongkol dengan Kartamarma dan Resi Krepa untuk membunuh Parikesit yang masih Bayi.
Dihari yang sama Dewi Srikandi, dan Pancawala juga dibunuh saat sedang tidur. Untunglah bayi parikesit
yang menangis lalu menendang senjata Pasopati yang di taruh Arjuna di dekatnya dan membunuh Aswatama.
Arjuna yang sedang sedih karena Banowati telah dibunuh bersama Dewi Srikandi
lalu mencari seorang putri yang mirip dengan Dewi Banowati. Putri tersebut
adalah Dewi Citrahoyi, istri Prabu Arjunapati yang juga murid dari prabu Kresna. Prabu Kresna yang
tanggap akan hal itu lalu meminta Prabu Arjunapati menyerahkan istrinya pada
Arjuna. Prabu Arjunapati yang tersinggung akan hal itu menantang Prabu Kresna
berperang dan dalam pertempuran itu Prabu Arjunapati gugur sampyuh dengan Patih Udawa dan Dewi
Citrahoyi lalu menjadi istri Arjuna. (Menurut
Versi Jawa)
Tak lama setelah Bharatayuddha berakhir, Yudistira diangkat menjadi Raja Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Untuk menengakkan dharma di seluruh Bharatawarsha, sekaligus menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka Yudistira menyelenggarakan Aswamedha Yadnya. Upacara tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor kuda dan kuda itu diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut menjadi wilayah Kerajaan Kuru. Ketika Arjuna sampai di Manipura, ia bertemu dengan Babruwahana, putra Arjuna yang tidak pernah melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas bantuan Ulupi dari negeri Naga, Arjuna hidup kembali.
Tak lama setelah Bharatayuddha berakhir, Yudistira diangkat menjadi Raja Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Untuk menengakkan dharma di seluruh Bharatawarsha, sekaligus menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka Yudistira menyelenggarakan Aswamedha Yadnya. Upacara tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor kuda dan kuda itu diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut menjadi wilayah Kerajaan Kuru. Ketika Arjuna sampai di Manipura, ia bertemu dengan Babruwahana, putra Arjuna yang tidak pernah melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas bantuan Ulupi dari negeri Naga, Arjuna hidup kembali.
Tiga puluh enam tahun setelah Bharatayuddha berakhir, Dinasti
Yadu musnah di Prabhasatirtha karena perang saudara. Kresna dan Baladewa,
yang konon merupakan kesatria paling sakti dalam
dinasti tersebut, ikut tewas namun tidak dalam waktu yang bersamaan. Setelah
berita kehancuran itu disampaikan oleh Daruka, Arjuna datang ke kerajaan
Dwaraka untuk menjemput para wanita dan anak-anak. Sesampainya di
Dwaraka, Arjuna melihat bahwa kota
gemerlap tersebut telah sepi. Basudewa yang masih hidup,
tampak terkulai lemas dan kemudian wafat di mata Arjuna. Sesuai dengan amanat
yang ditinggalkan Kresna, Arjuna mengajak para wanita dan anak-anak untuk
mengungsi
ke Kurukshetra.
Dalam perjalanan, mereka diserang oleh segerombolan perampok. Arjuna berusaha
untuk menghalau serbuan tersebut, namun kekuatannya menghilang pada saat ia
sangat membutuhkannya. Dengan sedikit pengungsi dan sisa harta yang masih bisa
diselamatkan, Arjuna menyebar mereka di wilayah Kurukshetra.
Setelah Arjuna berhasil menjalankan misinya untuk menyelamatkan sisa penghuni
Dwaraka, ia pergi menemui Resi Byasa demi memperoleh petunjuk. Arjuna mengadu kepada
Byasa bahwa kekuatannya menghilang pada saat ia sangat membutuhkannya. Byasa
yang bijaksana sadar bahwa itu semua adalah takdir Yang Maha Kuasa. Byasa
menyarankan bahwa sudah selayaknya para Pandawa meninggalkan kehidupan duniawi.
Setelah mendapat nasihat dari Byasa, para Pandawa spakat untuk melakukan
perjalanan suci menjelajahi Bharatawarsha.
Perjalanan suci dan kematian
Perjalanan suci yang dilakukan oleh para Pandawa
diceritakan dalam kitab Prasthanikaparwa
atau Mahaprasthanikaparwa.
Dalam perjalanan sucinya, para Pandawa dihadang oleh api yang sangat besar,
yaitu Agni.
Ia meminta Arjuna agar senjata Gandiwa beserta tabung anak panahnya yang tak
pernah habis dikembalikan kepada Baruna, sebab tugas Nara sebagai
Arjuna sudah berakhir di zaman Dwaparayuga
tersebut. Dengan berat hati, Arjuna melemparkan senjata saktinya ke lautan, ke
kediaman Baruna. Setelah itu, Agni lenyap dari hadapannya dan para Pandawa
melanjutkan perjalanannya.
Ketika para Pandawa serta istrinya memilih untuk mendaki gunung Himalaya
sebagai tujuan akhir perjalanan mereka, Arjuna gugur di tengah perjalanan
setelah kematian Nakula,
Sahadewa,
dan Dropadi.
Arjuna di Nusantara
Di Nusantara, tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah terkenal dari dahulu kala.
Arjuna terutama menjadi populer di daerah Jawa, Bali, Madura, dan Lombok. Di
Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh utama dalam beberapa kakawin,
seperti misalnya Kakawin Arjunawiwāha, Kakawin Pārthayajña,
dan Kakawin Pārthāyana
(juga dikenal dengan nama Kakawin Subhadrawiwāha. Selain itu Arjuna juga
didapatkan dalam beberapa relief candi di pulau Jawa misalkan candi Surowono.
Arjuna dalam dunia pewayangan Jawa
Arjuna juga merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia pewayangan
dalam budaya Jawa Baru. Di bawah ini disajikan beberapa ciri khas yang mungkin
berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab Mahābhārata
versi India
dengan bahasa Sansekerta.
Sifat dan kepribadian
Arjuna seorang kesatria yang gemar berkelana,
bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona
di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan
Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana
di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan
para dewa untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja
raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai
raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah
pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa
(dari Bhatara
Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera),
Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).
Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun,
berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam
wilayah negara Amarta. Setelah perang Bharatayuddha,
Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.
Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia moksa (mati
sempurna) bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya.
Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping
berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan
baja, kesatria dengan segudang istri dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang
paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan
terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri
untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua Jawa, dia
adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira,
dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang
Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don
Juan yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan
tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera
menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia
sangat berbeda dengan Wrekudara. Dia menampilkan
keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa
berbagai generasi.
Arjuna pada mulanya tinggal di Kasatrian
Madukara. Namun setelah Baratayuda usai ia tinggal di Banakeling, kerajaan kecil yang sebelumnya diperintah
oleh Jayadrata. Kasatrian Madukara semula
adalah sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja Detya
atau raja jin bernama Kumbawali. Setelah raja
Detya ini dikalahkan, ia menyusup ke tubuh Arjuna, dan namanya digunakan
sebagai nama alias.
Berbagai lakon yang
melibatkan Arjuna:
- Arjuna Lahir
- Arjuna Papa
- Babad Wanamarta
- Arjuna Pingit
- Arjuna Terus
- Janaka Banteng
- Gajah Putih Srati Putri (Kurupati Rabi)
- Alap-Alapan Rukmini
- Alap-Alapan Setyaboma
- Bambang Kandihawa
- Parta Krama (Perkawinan Arjuna-Subadra)
- Janaka Papat (Kate Kencana)
- Babad Wisamarta
- Semar Mbarang Jantur (Erawati Hilang)
- Janaka Rangka
- Janaka Sendang
- Palguna - Palgunadi
- Sindusena
- Cekel Indralaya
- Sidajati - Sidalamong
- Pandu Pregola
- Bambang Margana
- Sukmadadari
- Sumong
- Bambang Manonbawa
- Makuta Rama
- Cocogan (Perkawinan Arjuna-Srikandi)
- Cakranegara
- Swarga Bandang
- Alap-Alapan Larasati (Arjuna-Larasati)
- Alap-Alapan Palupi (Arjuna-Palupi)
- Arjuna Sendang (Arjuna-Bidadari)
- Arjuna Wiwaha (Begawan Ciptoning)
- Semar Minta Bagus
- Alap-Alapan Surtikanti (Karna-Surtikanti)
- Endang Werdiningsih (Baladewa Kawin)
- Kangsa Adu Jago
- Parta Dewa
- Abimanyu Lena (Abimanyu Gugur)
- Jayadrata Lena (Jayadrata Gugur)
- Karna Tanding (Perang Arjuna-Karna)